Aku tak setuju bila Indonesia disebut Negara Miskin
Hanya karena tingginya angka anak putus sekolah
Hanya karena banyaknya pengangguran di setiap wilayah
Hanya karena kriminalitas merajarela sebab kemiskinan memang ada dimana saja
Aku memang bukan siapa-siapa
Aku memang tak berhak menjanjikan sebuah mimpi yang begitu indah:
Sebuah negara maju tanpa ada kesenjangan sosial didalamnya
Sebuah negara yang rakyatnya tak perlu lagi berpikir ‘besok mau makan apa’
Sebuah negara dengan pemuda yang tak mudah di propaganda dan berpikiran terbuka
Bila para poli-tikus saja boleh bermimpi atas nama rakyat
Mengapa kita semua tidak boleh juga?
Dengan penuh harap,
Sawojajar, 10 Januari 2018
***
Ketika aku mengunjungi Jakarta pada tahun 2015 lalu, dipinggiran rawa dibawah jembatan jalan tol, banyak sekali rumah kardus dengan orang didalamnya. Pria dewasa, kumpulan anak-anak, kakek-nenek yang sudah sepuh, berkumpul menjadi satu menemani sepanjang perjalananku. Melihat mereka, satu hal dalam pikiranku, ‘Mengapa mereka betah menjalani hidup yang semacam itu?’. Jujur, kesan pertama di Jakarta adalah ‘bersyukur’. Mungkin aku tidak terlahir dari keluarga berada, tapi setidaknya aku masih bisa bernafas udara segar, mengenyam pendidikan, dan bermain layaknya anak muda umumnya. Bila dikatakan ‘Jakarta adalah ikon Indonesia’, aku tidak setuju. Bagaimana bisa Indonesia digambarkan dengan penderitaan yang sedemikian rupa.
Rendahnya tingkat pendidikan, banyaknya pengangguran, dan tingginya angka kriminalitas memang menjadi PR negara yang tak pernah terselesaikan. Bukan langkah yang tepat bila kita pesimis. Seharusnya, kita setidaknya berbangga, sejak zaman orde baru, sejak krisis moneter yang melanda Indonesia, kita bisa bertahan hingga sekarang. Terhitung sejak 10 tahun lalu, banyak sekali langkah yang dilakukan pemerintah, mahasiswa, dan seluruh komponen masyarakat untuk memperbaiki hidup bangsa.
Indonesia memang mempunyai masalah kemiskinan yang berkepanjangan, tapi bukan berarti Indonesia adalah Negara Miskin. Percayalah, Indonesia akan jaya bila pemudanya tak lagi memikirkan ‘kaya dan miskin’, tapi memikirkan kesejahteraan bersama bangsa Indonesia. Caranya bagaimana? Itulah peran mahasiswa.
*Mengomentari seorang teman yang sudah pesimis akan nasib bangsanya. Ia mulai membandingkan kehancuran Jakarta dengan Indonesia. Seolah lupa bahwa Indonesia tak hanya Jakarta, Indonesia adalah sabang sampai merauke. Dari miangas hingga pulau rote. Jakarta boleh saja hancur, tapi tidak untuk Indonesia. Setiap daerah mempunyai permasalahan kemiskinan yang sama, tapi tidak bisa dikatakan Indonesia adalah Negara Miskin. Lebih baik mengatakan Indonesia adalah Negara yang Berjuang Melawan Kemiskinan. Bukankah demikian?
0 Komentar