Hillah (Hijrah Lillahi Taala) Apps: Solusi Belajar Islam Inovatif untuk Pemuda Jaman Now

Indonesia selaku negara multi etnis dan agama, masih menghadapi persoalan intoleransi yang berujung pada radikalisme. M. Marwan dan Jimmy mendefinisikan radikalisme sebagai sikap ekstrim, paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaruan sosial dan politik dengan cara keras atau drastis.

Secara sederhana, radikalisme ditandai oleh empat hal diantaranya: Pertama, sikap tidak toleran dan tidak mau menghargai pendapat atau keyakinan orang lain. Kedua, sikap fanatik, yaitu selalu merasa benar. Ketiga, sikap eksklusif, yaitu membedakan diri dari kebiasaan masyarakat. Keempat, sikap revolusioner, yaitu cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan.

Radikalisme bukanlah masalah sederhana. Dampak paling nyata lahirnya radikalisme adalah politisasi agama, dimana hal ini sifatnya sangat sensitif karena menyangkut suku, agama, dan ras (SARA). Kondisi semacam ini dengan mudah membakar sikap fanatisme yang menjadi angin kencang terbentuknya organisasi radikal.

Berkaca dari pendapat Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Ma’ruf Amin, beliau menyatakan bahwa radikalisme muncul dan berpangkal dari pemahaman yang keliru, khususnya dalam memaknai istilah jihad. Para ekstremis terus mengampanyekan jihad sebagai perang sehingga yang terjadi adalah global war.

Bahaya radikalisme semakin memprihatinkan seiring propaganda paham radikal yang semakin menguat di kalangan mahasiswa. Mahasiswa yang seharusnya menjadi agent of change membangun bangsa dan negara ke arah lebih baik, malah bertindak berlawanan. Berdasarkan survey LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) pada tahun 2016, merilis data yang menyatakan 84,8% mahasiswa ingin mengganti ideologi pancasila menjadi syariat islam. Direalisasikan oleh aksi deklarasi sumpah penegakan negara khilafah islamiyah di Institut Pertanian Bogor (IPB) yang dihadiri 1.500 peserta dari 242 perguruan tinggi/lembaga di Indonesia.

Tidak bisa dipungkiri bahwa fitrah manusia adalah untuk dekat dengan Rabb-nya. Tak heran apabila mahasiswa yang telah memasuki masa lebih matang selalu berusaha untuk meningkatkan pemahaman agama dan terus menerus meningkatkan keimanannya. Keinginan yang kuat tanpa dibarengi dengan proses yang benar inilah yang menurut hemat penulis menjadi faktor utama radikalisasi mahasiswa.

Doktrin ideologi radikal dapat dengan mudah masuk melalui badan dakwah masjid di perguruan tinggi. Berita palsu yang tak jelas kebenarannya juga menjadi senjata ampuh memulai perdebatan di sosial-media. Islam rahmatan lil ‘alamin telah berubah haluan menjadi slogan untuk memecahkan persatuan. Sungguh ironis bila hal ini terus dibiarkan.

Tantangan dan Peluang Masa Depan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa radikalisme tumbuh subur karena kurangnya pemahaman dan kesalahan cara belajar agama yang sebatas melalui internet. Hal ini tidak dapat sepenuhnya disalahkan karena saat ini telah memasuki era digital. Masyarakat lebih cenderung menggunakan internet sebagai referensi utama. Bahkan, menurut situs resmi http://kominfo.go.id, dari jumlah penduduk Indonesia yang 252,4 juta, 34,9 persen diantaranya adalah pengguna internet sebanyak 88,1 juta orang.

Timbulah sebuah pertanyaan, seberapa besar peluang penyampaian informasi secara konvensional dapat bertahan di era sekarang? Bisakah kehadiran buku mengalahkan kehadiran e-book yang semakin diminati? Tentu tidak bisa dibendung lagi, langkah paling efektif yaitu menghadapi tantangan tersebut dan merubahnya menjadi sebuah peluang.

Untuk itu, perlu adanya inovasi dalam meminimalisir dampak buruk yang dihasilkan oleh internet dan menghadirkan pendidikan berkualitas melalui peran teknologi pendidikan. Cita-cita itu dapat diwujudkan melalui pembuatan aplikasi Hillah apps.

Hillah apps sebagai Solusi Radikalisme

Hillah (Hijrah Lillahi Taala) apps merupakan inovasi aplikasi dakwah berbasis android yang menghadirkan Islam sebagai rahmat. Konsep dasarnya yaitu dengan meningkatkan pemahaman agama masyarakat sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh paham radikal dan hoaks.

Dalam pengembangannya, pihak developer akan berkerjasama dengan lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan resmi. Sehingga pembinaan dapat berjalan efektif dibimbing oleh ulama yang sanad keilmuannya jelas.

Aplikasi ini mempunyai 3 fitur utama yaitu tazqiyatun nafs, hoax detector, dan sharing experiment. Setiap fitur dirancang untuk membantu masyarakat mempelajari agama dan meningkatkan keimanan secara benar dan baik. Dengan mewadahi aktivitas keagamaan dalam satu tempat akan mempermudah pengawasan dan dapat menimalisir penyebaran paham radikal.

Harapannya aplikasi ini dapat (1) Menyedikan pendidikan agama yang baik dan benar untuk meminimalisir penyebaran paham radikal (2) Mempermudah mendeteksi hoaks (3) Memperkecil perselisihan antar umat (4) Memperkokoh persaudaraan (5) Media dakwah yang terpercaya.

Mahasiswa sebagai Agent of Change

Menurut hemat penulis, saat ini gerakan mahasiswa harusnya lebih berorientasi membangun. Tanpa mengurangi sikap kritis, seharusnya mahasiswa hadir dengan beragam inovasi untuk membangun bangsa dan negara. Mengurangi gesekan yang menimbulkan perpecahan, kemudian menebar kebaikan untuk persatuan. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin seharusnya dapat menjadi bingkai kemajemukan demi terciptanya kejayaan. Seperti petuah K.H. Aqil Siradj, “Islam saja tanpa nasionalisme akan ekstrim, dan nasionalisme saja tanpa adanya landasan islam akan kering”. Satu pertanyaan yang mengganjal, sudikah kita (mahasiswa) mengganti demo dengan berkarya?

Penulis adalah mahasiswa S-1 Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang


DAFTAR PUSTAKA

Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum, (Surabaya: Reality Publisher, 2009)

Hawwa, Said. Almustakhlash Fii Tazkiyatil Anfus alih bahasa oleh: Ainur Rafiq Tahmid, Shaleh. Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu,(Jakarta: Robbani Press, 1999)

Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian AlQur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002)

http://www. nu.or.id/post/read/78246/radikalisme-agama-di-indonesia. Diakses pada 25 Mei 2017

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160218193025-12-111927/radikalisme-ideologi-menguasai-kampus/

http://www.beritasatu.com/pendidikan/427473-ipb-klarifikasi-kegiatan-mahasiswa-terkait-khilafah.html

http://www.nu.or.id/post/read/76345/kh-maruf-amin-jelaskan-faktor-penyebab-munculnya-ideologi-radikal

http://www.fahmina.or.id/artikel-a-berita/artikel/952-teroris-manifes-radikalisme-agama.html

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5421/Kemkominfo%3A+Internet+Jadi+Referensi+Utama+Mengakses+Berita+dan+Informasi/0/berita_satker

http://lipi.go.id/berita/single/Radikalisme-Ideologi-Menguasai-Kampus/1508

Aplikasi Hillah Apps

[caption id="attachment_302" align="alignnone" width="432"]FormatFactory20171119_114439 Tampilan Menu Aplikasi[/caption]

[caption id="attachment_303" align="alignnone" width="432"]FormatFactory20171119_114539 Tampilan Awal Aplikasi[/caption]

2 Komentar

  1. […] Hillah (Hijrah Lillahi Taala) Apps: Solusi Belajar Islam Inovatif untuk Pemuda Jaman Now […]

    BalasHapus
  2. Artikel yang menarik dan mudah dipahami, semangat terus untuk mengembangkan tulisannya

    Jika anda ingin memesan mesin tepat guna seperti:
    - Mesin Retort Horizontal
    - Mesin Roasting Kopi
    - Mesin Vacuum Frying
    - Mesin Evaporator Vacuum
    - Mesin Grinder Kopi

    Hanya di Toko Mesin Indofamco

    BalasHapus